Kamis, 29 April 2010

Guru: Model bagi Anak Didik

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Inilah pepatah yang sangat populer di tengah masyarakat kita. Populer karena menjadi acuan bagi dunia pendidikan, khususnya guru, untuk bisa menempatkan diri sebagai cerminan dan contoh bagi anak didiknya. Juga populer karena menjadi bahan kritik masyarakat terhadap dunia pendidikan, khususnya guru, karena sekarang ini, guru tengah menjadi sorotan dan cermin kusam di dalam dunia pendidikan.

Dewasa ini, profesi guru tengah menjadi sorotan pemerintah, politisi, dan masyarakat. Ada sebagian pihak yang menyoroti sisi kesejahteraan guru di Indonesia yang tidak pernah meningkat dari waktu ke waktu. Jangankan untuk menjadi warga terhormat di tengah masyarakat dengan tercukupi segala kebutuhan hidupnya, untuk hidup layak saja, sebagian besar guru harus mengeluarkan energi ekstra untuk menggapainya. Di samping itu, ada juga sebagian pihak yang menyoroti tugas guru sebagai media pentransfer nilai, ilmu, dan pengetahuan. Ada juga yang menyoroti guru sebagai pendidik, panutan, dan contoh bagi siswanya. Tak jarang kita mendengar beberapa kasus guru yang memperlakukan siswanya melebihi wewenangnya, seperti menghukum siswa yang berakibat fatal bagi fisik maupun mental siswa.

Dengan kondisi seperti ini, guru tetap dituntut untuk menjalankan profesionalitas kerjanya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa (sekaligus tanpa kesejahteraan yang layak). Dalam kondisi kritis seperti itu, guru harus tetap mengabdi sepenuh hati kepada dunianya. Dia harus tetap menunjukkan dedikasinya terhadap dunia pendidikan dan dapat menjadi contoh ideal bagi siswanya.

Dalam profesionalitas kerjanya, di samping sebagai pengajar yang harus piawai menyampaikan materi pelajaran sehingga mudah dicerna siswa, guru pun dituntut untuk dapat menjadi pendidik. Guru harus bisa menjadi pengayom, pemberi contoh baik, dan dapat mengarahkan siswa ke arah perilaku yang baik dan terpuji (akhlaqul karimah).

Potret di atas harus dijawab dan disikapi oleh semua guru yang menyadari tugas berat yang tengah dipikulnya.

Dengan kesadaran bahwa ia adalah pendidik, guru harus berupaya menampilkan diri sebagai sosok ideal (setidaknya mendekati) yang dapat dicontoh oleh siswanya. Banyak upaya yang dapat ditempuh untuk menuju arah itu, dengan upaya pribadi ataupun upaya dari pemerintah dan dunia pendidikan.

Ini adalah tugas bersama antara masyarakat, pemerintah, dan dunia pendidikan.

Sebagai individu, guru adalah anggota masyarakat. Dari sana pula guru berasal. Dari sebuah keluarga (sebagai bagian dari masyarakat) yang baik dan peduli pada pendidikan, akan lahir individu guru yang baik dan mengabdi pada dunianya. Demikian pula masyarakat yang baik akan turut memengaruhi individu guru menjadi sosok yang baik.

Dalam menjalankan tugasnya, guru senantiasa mengacu pada peraturan dan ketentuan yang telah digariskan pemerintah. Pemerintah memberikan rambu-rambu ke mana tujuan pendidikan akan diarahkan. Karenanya, pemerintah harus berupaya menciptakan produk kurikulum yang dapat dijadikan jalan dan arahan oleh guru dalam menjalankan tugas profesinya. Selain itu, pemerintah harus dapat memberikan payung hukum terhadap guru dan kesejahteraannya. Dengan kesejahteraan yang dijamin pemerintah, guru dapat dengan tenang dan baik menjalankan tugas mulianya itu. Guru tidak perlu bercabang perhatiannya dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan keluarganya.

Pemerintah pun harus dapat mencetak guru-guru yang profesional dan berdedikasi tinggi lewat lembaga pendidikan keguruan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa perguruan tinggi keguruan kurang diminati. Walaupun masih berupa asumsi, input lembaga ini pun sangat jauh di bawah input dari lembaga pendidikan yang mendidik calon dokter, insinyur, dan calon profesi lainnya. Jarang sekali yang masuk ke perguruan tinggi keguruan itu lulusan SMA dengan predikat terbaik. Dengan demikian, lembaga ini memikul beban berat untuk dapat mencetak guru-guru yang andal.

Selain itu, untuk mencetak pendidik yang ideal, guru sebagai individu, harus mampu menjawab tantangan zaman yang semakin mengglobal. Guru harus memperkaya diri dengan pengetahuan yang semakin berkembang. Ia tidak boleh diam dengan pengetahuan yang ada padanya. Ia harus membuka mata dan telinga untuk dapat menangkap setiap informasi yang ada.

Guru tidak boleh berhenti hanya sebagai alat pentransfer ilmu. Lebih dari itu, ia harus menjadi sosok panutan yang akan dicontoh oleh siswa, baik dalam ilmu pengetahuan yang dimilikinya, semangat hidupnya, maupun akhlaknya.


Guru adalah agen perubahan (agent of change) yang senantiasa mampu memodifikasi pola ajar dalam menghadapi persoalan pengajaran dan pendidikan. Dalam perjalanan waktu, permasalahan senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Guru harus dapat menyikapi hal ini. Modernisasi dan globalisasi telah menghasilkan berjuta produk budaya. Guru tidak boleh ketinggalan. Ia harus senantiasa mempelajari dan menyikapinya. Karena itu, guru harus senantiasa belajar dan belajar.

Dengan senantiasa memperkaya diri dengan informasi dan pengetahuan mutakhir, guru akan mentrasfer ilmu yang mutakhir pula kepada siswanya. Bagaimanapun juga, siswa membutuhkan informasi ilmu dan pengetahuan masa kini dan masa depan yang akan ia hadapi nanti.

Anak hari ini adalah manusia dewasa pada masa yang akan datang. Kondisi masa datang yang akan mereka hadapi tidak sama dengan keadaan kita sekarang ini, bahkan lebih rumit, kompleks, dan sulit. Karenanya, guru harus mempersiapkan mereka sedemikian rupa dengan membekali mereka ilmu pengetahuan yang memadai.


Bogor, 22 Desember 2005
Dadi M.H.B.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar